Sesudah Siti Nurbaya
Oleh : Hadel D Piliang
sejak termakan kata mamak
aku mulai meninggalkan bengkalai lama
lalu meneruka yang baru satu-satu
aku membilang segala yang sudah
merenda wajah ibu dan bapak
lengkap dengan tepian dipan yang dimakan rayap
sejak menjadi anak manusia
kepergianku menjemput kepulangan
aku mengarang segala yang tahu
memahat ngilu ibu lagi nyeri bapak
di atas ranjang anyaman pandan musang
aku tak menoleh barang sekali pun
menjadi anak pengobat jerih
aku mesti durhaka, dulu
kepergianku tanpa keberangkatan
aku menyuruh batinku sekenanya
mengajarkan cara lupa menutup pintu
atau jendela yang sering lupa dikunci
yang sesiapa saja bisa lewat dan melihat
ada rindu yang menunggu kepulangan
lengkap dengan almanak yang sudah diberi tanda silang
bapak yang tidak biasa jatuh sakit
tampak lemas dalam selimut hangat
sementara ibu pagi dan petang selalu saja merenda kehilangan
menanak rindu atas kepulangan
mengupah jerih yang lalu dengan kalamullah
terobat jualah nyeri hendaknya
apalah yang bisa kuceritakan soal kepulangan
sebab kepergian adalah kepulangan itu sendiri
aku berada di antara entah
jalan pulangku telah ditumbuhi semak
barangkali juga jalan pulang itu sudah tertimbun serpihan batu Malin Kundang
aku hanya melihat jalan lain dari sini
jalan yang telah memberiku durhaka atas rahim asalku
aku lupakan urusan membirahi
meski aku ingin menjelma Siti Rasani sepenuhnya
ayah sungguh senang atas laku Samsul Bahri
ibu jua telah termakan kucindan manis
itulah sebabnya aku hendak dikawinkan
diperserahkan pada kekasih yang kupilih itu
tapi aku mesti durhaka, dulu
supaya berguna jadi anak pelerai risau
aku percepat kepergian itu
bukan, aku telah jatuh cinta pada Datuk
laki-laki yang sebanarnya laki-laki
pantang baginya surut ke belakang jika maksud belum tercapai
wanita mana yang tak ingin dipersunting laki-laki matang
bukan laki-laki pengasih lagi penyegan seperti kekasihku
di antara entah
di balik kelambu dan lampu redup
aku mengenang kepulangan sembari menggenang kerinduan
pada kasih mana lagi aku harus berpulang
Padang, 5 April 2017
![]() |
Indonesiakaya.com |
sejak termakan kata mamak
aku mulai meninggalkan bengkalai lama
lalu meneruka yang baru satu-satu
aku membilang segala yang sudah
merenda wajah ibu dan bapak
lengkap dengan tepian dipan yang dimakan rayap
sejak menjadi anak manusia
kepergianku menjemput kepulangan
aku mengarang segala yang tahu
memahat ngilu ibu lagi nyeri bapak
di atas ranjang anyaman pandan musang
aku tak menoleh barang sekali pun
menjadi anak pengobat jerih
aku mesti durhaka, dulu
kepergianku tanpa keberangkatan
aku menyuruh batinku sekenanya
mengajarkan cara lupa menutup pintu
atau jendela yang sering lupa dikunci
yang sesiapa saja bisa lewat dan melihat
ada rindu yang menunggu kepulangan
lengkap dengan almanak yang sudah diberi tanda silang
bapak yang tidak biasa jatuh sakit
tampak lemas dalam selimut hangat
sementara ibu pagi dan petang selalu saja merenda kehilangan
menanak rindu atas kepulangan
mengupah jerih yang lalu dengan kalamullah
terobat jualah nyeri hendaknya
apalah yang bisa kuceritakan soal kepulangan
sebab kepergian adalah kepulangan itu sendiri
aku berada di antara entah
jalan pulangku telah ditumbuhi semak
barangkali juga jalan pulang itu sudah tertimbun serpihan batu Malin Kundang
aku hanya melihat jalan lain dari sini
jalan yang telah memberiku durhaka atas rahim asalku
aku lupakan urusan membirahi
meski aku ingin menjelma Siti Rasani sepenuhnya
ayah sungguh senang atas laku Samsul Bahri
ibu jua telah termakan kucindan manis
itulah sebabnya aku hendak dikawinkan
diperserahkan pada kekasih yang kupilih itu
tapi aku mesti durhaka, dulu
supaya berguna jadi anak pelerai risau
aku percepat kepergian itu
bukan, aku telah jatuh cinta pada Datuk
laki-laki yang sebanarnya laki-laki
pantang baginya surut ke belakang jika maksud belum tercapai
wanita mana yang tak ingin dipersunting laki-laki matang
bukan laki-laki pengasih lagi penyegan seperti kekasihku
di antara entah
di balik kelambu dan lampu redup
aku mengenang kepulangan sembari menggenang kerinduan
pada kasih mana lagi aku harus berpulang
Padang, 5 April 2017
Posting Komentar untuk "Sesudah Siti Nurbaya"